Candi
Muara
Takus
|
Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, Kecamatan
Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Jaraknya dari Pekanbaru, Ibukota Propinsi Riau, sekitar 128
Km. Perjalanan menuju Desa Muara Takus hanya dapat dilakukan
melalui jalan darat yaitu dari Pekanbaru ke arah Bukittinggi
sampai di Muara Mahat. Dari Muara Mahat melalui jalan kecil
menuju ke Desa Muara Takus. Kompleks Candi Muara Takus,
satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau.
Candi bernuansa Buddhistis ini merupakan bukti bahwa agama
Budha pernah berkembang di kawasan ini. Kendatipun demikian,
para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan
candi ini didirikan.Ada dua pendapat mengenai nama Muara
Takus. Yang pertama mengatakan bahwa nam tersebut diambil dari
nama sebuah anak sungai kecil bernama Takus yang bermuara ke
Sungai Kampar Kanan. Pendapat lain mengatakan bahwa Muara
Takus terdiri dari dua kata, yaitu “Muara” dan “Takus”. Kata
“Muara” mempunyai pengertian yang sudah jelas, yaitu suatu
tempat sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke
sungai yang lebih besar, sedangkan kata “Takus” berasal dari
bahasa Cina, Ta berarti besarr, Ku berarti tua, dan Se berarti
candi atau kuil. Jadi arti keseluruhan kata Muara Takus adalah
candi tua yang besar, yang terletak di muara sungai.
|
Candi Muara Takus merupakan candi Buddha, terlihat dari
adanya stupa, yang merupakan lambang Buddha Gautama. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa candi ini merupakan campuran
dari bentuk candi Buddha dan Syiwa. Pendapat tersebut
didasarkan pada bentuk bentuk Candi Mahligai, salah satu
bangunan di kompleks Candi Muara takus, yang menyerupai bentuk
lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan).
Arsitektur candi ini juga mempunyai kemiripan dengan
arsitektur candi-candi di Myanmar. Candi Muara Takus merupakan
sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan.
|
Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi
ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan
terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah
utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat
tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa,
sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi
duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari
bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya
telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang.
Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan
batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara
bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada
tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur.
Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan
bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan
keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3,
tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai
8,50 m.
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m.
Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen
segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada
alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang
sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni).
Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de
Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi
ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini
patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah
timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10
m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi
Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3
m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai
dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
|
|
Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85
m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu
bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi
yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan
dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya
terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada
tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Pemugaran dilaksanakan
hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian
puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada
lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki
candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak, berukuran
panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari
permukaan tanah dengan volume 52,9 m3.
|
|
Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu
terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat
dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada
bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian
belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai
dikerjakan tahun 1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini
dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang
dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat
dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi
setelah dipugar 6,20 m dari permukaan tanah, dan volume nya
365,8 m3.
Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama
dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie
Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah
terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa
besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff)
terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat
sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara,
atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah
yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat
pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah
dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat
pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena
berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah
tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai
Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di
beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga
diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya
dengan candi ini.
No comments:
Post a Comment