Mengambil Keputusan Sulit dengan Cepat dan Akurat
Membuat keputusan yang sulit ditengah situasi yang serba tidak pasti
sangat penting bagi kepemimpinan yang sukses. Keputusan perlu diambil
dengan cepat dan akurat agar tidak kehilangan momentum. Sering kali ada
saat-saat kritis dimana pengambilan keputusan sangat sulit dan
menegangkan. Meskipun demikian, keputusan yang berani biasanya malah
lebih aman. Di artikel ini saya ingin menuliskan beberapa petunjuk
praktis untuk mengambil keputusan, baik keputusan publik maupun pribadi
terutama ketika situasinya kompleks dan penuh ketidak pastian. Tips ini
saya sarikan dari tulisan Dave Jensen, seorang pengajar senior di Emory
University’s School of Business. Ada empat pertanyaan yang perlu
dijawab untuk sampai pada keputusan terbaik
.
1.Pertanyaan VISIONARY : “Apa hasil terbaik yang bisa dicapai dari
keputusan ini ?” Pertanyaan ini menggali perspektif yang lebih luas,
implikasi strategis dan pertimbangan jangka panjang. Ketika dihadapkan
pada tantangan yang sulit, gali lebih dalam dengan menjawab pertanyaan
pertanyaan strategis seperti :
Bagaimana hubungan antara tantangan ini dengan arah organisasi ?
Apakah problem ini penting untuk dipecahkan ?
Apa konsekuensi negatif dan positifnya ?
Kapan saya harus memutuskan ?
Apakah saya punya kecenderungan untuk status quo ?
2.Pertanyaan RASIONAL : Pelajari bagaimana kita mengetahui apa yang kita
ketahui. Apa fakta-faktanya, dan apa yang diharapkan oleh mereka yang
terkena dampaknya. Pemikiran rasional membantu kita memonitor keadaan
sekitar kita dan mengenali fakta-fakta yang ada. Kita juga perlu tau
hubungan antara fakta-fakta itu, mana sebab dan mana akibat. Didalam
memutuskan bagaimana mengatasi tantangan yang kompleks, kita harus tau
konteks internal dan external dengan bertanya :
Apakah saya sudah mendapatkan informasi yang betul untuk mengambil keputusan ?
Apa rencana cadangannya (Back up plan) ?
Asumsi-asumsi apa yang saya buat ?
Bagaimana saya memonitor pelaksanaan keputusan yang akan saya ambil ?
Proses transparan apa yang perlu saya gunakan ?
3.Pertanyaan ETIKA, berhubungan dengan nilai-nilai moral yang kita
gunakan. Kita memulainya dengan bertanya, “Langkah yang mana yang benar,
terutama untuk kepentingan orang banyak ?” Pertanyaan ini memberikan
fokus perhatian kita pada orang-orang yang kita pimpin. Ketika
berhadapan dengan masalah yang penuh resiko, pertanyaan pertanyaan di
bawah ini bisa menjadi pembimbing :
Bila setiap orang di organisasi ini harus melakukan persis seperti apa
yang sedang saya pertimbangkan akan saya lakukan, akan seperti apa
organisasi ini jadinya ?
Tindakan apa yang terbaik bagi bagian terbesar organisasi tanpa melanggar hak individu ?
Tindakan apa yang paling jujur dan paling adil untuk dilakukan ?
Apakah apa yang akan saya putuskan sejalan dengan nilai-nilai yang saya pegang ?
4.Pertanyaan KONSEKUENSI — Mengingatkan bahwa kita adalah mahluk yang
bebas menentukan pilihan dan karenanya bertanggung jawab atas keputusan
dan tindakan kita. Hal ini membawa kita pada pertanyaan : “ Apa
konsekuensi dari pilihan-pilihan kita ?” Pada akhirnya kita harus
menentukan apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak akan dilakukan.
Berikui ini adalah pertanyaan yang bisa membimbing dalam menentukan
pilihan :
Apakah saya sudah minta pendapat orang yang sering kali berbeda pendapat
dengan saya agar saya bila melihat kasus ini dari sudut pandang yang
berbeda ?
Seberapa besar resiko masing-masing alternatif yang akan saya ambil ?
Apakah saya bisa men tes alternatif-alternatif ini pada skala kecil sebelum keputusan diambil ?
Pilihan mana yang terbaik berdasarkan jawaban-jawaban semua pertanyaan ini ?
Setiap hari, para pemimpin membuat keputusan yang memberikan pengharuh
pada sangat banyak orang. Meskipun tampaknya begitu sulit, pemimpin yang
bagus membuatnya kelihatan mudah. Para pemimpin ini bisa membuat
keputusan penting berdasarkan informasi yang di berikan kepadanya
dikombinasikan dengan intuisinya. Dibalik pengambilan keputusan yang
tampaknya mudah ini adalah disiplin untuk selalu meneliti
keputusan-keputusan dan komitmen untuk selalu membuat keputusan yang
lebih baik dari yang sebelumnya. Para pemimpin ini, melalui latihan,
memiliki kejernihan berpikir yang memungkinkan mereka mengambil
keputusan besar dengan mudah.
Wednesday, September 26, 2012
Monday, September 24, 2012
Fungsi Marketing dalam Perusahaan
Marketing merupakan
salah satu bagian dari perusahaan yang memiliki peran penting dalam
menentukan kemajuan perusahaan tersebut. Sebab, bidang ini memiliki
fungsi untuk menghasilkan pemasukan bagi perusahaan. semakin besar
pemasukan yang berhasil dicapai, maka perusahaan akan makin berkembang.
Dan demikian pula sebaliknya.
Meski
demikian, bidang marketing ini tidak bisa berdiri sendiri dalam sebuah
perusahaan. Setiap aktivitas yang dilakukan divisi ini, memiliki
hubungan dan keterkaitan dengan setiap bagian dalam perusahaan. Seperti
bagian produksi, sumber daya manusia, riset dan pengembangan dan
terlebih dengan bagian keuangan.
Tanpa hubungan yang selaras dengan semua bagian tersebut, maka divisi marketing tidak akan bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Dengan bagian produksi, bagian marketing memiliki kebutuhan untuk mengenal karakter produk yang pasti sangat dikuasai oleh bagian produksi dan tugas dari divisi marketing adalah menyampaikan karakteristik produk tersebut kepada masyarakat.
Ada beberapa cabang yang menjadi bagian dari marketing. Beberapa cabang tersebut seperti bidang sales, promosi dan juga komunikasi pemasaran. Ini yang perlu dipahami, karena di masyarakat pada saat ini banyak yang rancu mengenai pemahaman antara marketing dan sales. Padahal, kedua hal tersebut pada dasarnya berbeda, meski pun masih dalam satu lini sistem.
Fungsi Marketing dalam Perusahaan
Setiap
bagian dalam perusahaan, memiliki fungsi sendiri-sendiri. Meski secara
umum, tujuan setiap bagian tersebut adalah untuk membawa kemajuan
perusahaan. Namun secara spesifik, ada fungsi yang harus dicapai oleh
masing-masing bagian tersebut.
Untuk
fungsi marketing sendiri, ada beberapa hal yang menjadi fungsi bagian
tersebut. Beberapa fungsi divisi marketing di antaranya adalah :
- Sebagai bagian yang memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat, melalui produk yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Peran ini disebut sebagai peran promosi.
- Marketing bertugas menghasilkan pemasukan bagi perusahaan dengan cara menjual produk perusahaan tersebut. Peran ini adalah salah satu dari fungsi marketing di bidang sales.
- Divisi marketing berperan menjalin hubungan baik dengan pelanggan dan masyarakat serta menjadi jembatan antara perusahaan dan lingkungan eksternal. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan konsep marketing communication.
- Marketing memiliki tugas untuk menyerap informasi dan menyampaikan kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung peningkatan kualitas dan penjualan produk. Hal ini adalah peran marketing di bidang riset dan pengembangan.
- Marketing bukanlah tentang menjual produk, namun bagaimana meraih konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama.
- Perbedaan mendasar antara sales dan marketing
- Memahami dan memperkuat customer engagement
- Membangun sebuah brand story atau story telling
- Keuntungan membangun distribusi melalui e-commerce
- Kegagalan Marketing Plan
Manajemen Pemasaran
Tak akan sukses sebuah manajemen pemasaran
tanpa mampu membentuk tim pemasaran yang solid dengan memberikan
pelatihan sehingga tim pemasaran mendapatkan bekal kemampuan, kualitas
kerja yang baik, dan selalu berpikir untuk memenuhi target yang sudah
ditetapkan.
Sejarah Manajemen dan Konsep Manajemen Pemasaran
Ilmu pengetahuan mengenai manajemen ini memiliki sejarah. Istilah manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno menagement,
yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Akan tetapi, pengertian
mengenai kata manajemen ini belum memiliki persetujuan dari masyarakat
umum.
Misalnya
saja, Mark Parker Follet mengartikan kata manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Maksudnya adalah seorang
manajer mempunyai tugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuannya.
Selain
itu, Ricky W. Griffin mengartikan manajemen sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasarannyasecara efektif dan efisien.
Maksud
dari kata efektif adalah tujuannya dapat tercapai sesuai dengan
perencanaan. Sedangkan kata efisien maksudnya adalah tugas yang
dikerjakan tersebut dapat dilaksanakan dengan benar, terorganisasi, dan
sesuai dengan jadwalnya.
Sebagai
falsafah bisnis, konsep pemasaran memiliki tujuan memberikan kepuasan
terhadap keinginan konsumen. Selain itu, konsep pemasaran berorientasi
pada kebutuhan konsumen. Konsep pemasaran memang berbeda dengan konsep
bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk dan penjualan. Konsep
pemasaran terdiri atas tiga unsur, yaitu sebagai berikut.
- Berorientasi kepada konsumen. Dalam manajmen pemasaran, Anda harus melihat sasaran penjualan produk Anda itu seperti apa, sehingga Anda perlu mengenal konsumennya terlebih dahulu.
- Penyusunan kegiatan pemasaran secara terperinci. Apabila Anda sudah menemukan konsumen atau sasaran pemasaran yang tepat, maka Anda tinggal menyusun strategi penjualan produk tersebut. Rincilah kegiatan pemasaran Anda secara terperinci.
- Kepuasan konsumen. Jika kegiatan penjualan Anda sudah berjalan, maka Anda perlu mengevaluasi manajemen pemasaran produk Anda, seperti kepuasan konsumen terhadap produk yang Anda jual. Jadi, Anda dapat mengetahui kekurangan produk tersebut, sehingga Anda dapat menyusun strategi agar produk Anda tetap laris dipasaran.
Manajemen
pemasaran pun tak dapat dipisahkan dari empat faktor utama yang sangat
berpengaruh terhadap jalannya suatu manajemen pemasaran. Berikut ini
empat faktor yang berpengaruh dalam manajemen pemasaran.
1. Product atau produk dalam manajemen pemasaran
Produk
suatu perusahaan terbagi menjadi dua macan, yaitu produk berupa barang
(seperti ponsel, motor, dan baju) dan produk yang berbentuk jasa
(seperti tabungan, jasa telekomunikasi, atau jasa perawatan tubuh dan
spa.
Dalam
konsep produk, dikenal produk premium atau produk yang memiliki ciri
khas, fitur unik, dam memiliki kelas tersendiri. Oleh karena itu, produk
tersebut memiliki harga yang relative mahal. Sementara di sisi lain,
ada juga konsep produk “me too”, yaitu produk yang didesain sebagai saingan atau imitator dari produk yang telah dulu ada di pasaran.
Untuk
memasarkan sebuah produk, Anda perlu melihat sasaran penjualan produk
Anda kepada siapa, di mana, dan kapan. Perlu strategi yang harus Anda
lakukan agar produk yang Anda jual laku dipasaran. Meskipun produk yang
Anda jual adalah barang imitasi, jika Anda menawarkan produk tersebut
kepada konsumen yang tepat, waktu dan tempat yang tepat, maka penjualan
produk Anda akan laris manis.
2. Promotion atau promosi dalam manajemen pemasaran
Promosi
adalah langkah yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan produk dan
membujuk calon konsumen agar mengeluarkan uang untuk membeli produk yang
ditawarkan. Dalam promosi, dikenal dengan adanya istilah promotion mix
atau gabungan program promosi yang tergabung dalam empat elemen kunci,
yaitu promosi melaui iklan, promosi publikasi, promosi melalui sales promotion, dan promosi melalui personal selling.
Sebagai
seorang konsumen, tentu promosi barang itu sangat mempengaruhinya untuk
tertarik membeli sebuah barang. Promosi yang bagus dan menarik dapat
menarik perhatian konsumen untuk membelinya. Akan tetapi, promosi juga
harus dilakukan pada watu dan tempat yang tepat.
Jiga
Anda mempromosikan sebuah jaket di daerah panas dan pada waktu musim
panas, itu kurang tepat. Penjualan barang Anda akan rendah atau bahkan
tidak ada yang membeli. Untuk itu, promosi suatu produk juga perlu
strategi.
3. Place atau tempat dalam manajemen pemasaran
Place atau tempat berarti mengenai tempatr produk yang ditawarkan akan dijual atau dipasarkan. Place
menyangkut strategi distribusi yang hendak dilakukan. Ada tiga model
distribusi, yakni distribusi eksklusif, distribusi selektif, dan
distribusi intensif.
Distribusi eksklusif adalah memasarkan produk barang dan jasa hanya pada outlet
yang terbatas agar menjaga prestise dan reputasi produk yang
ditawarkan. Contohnya, Kaos Joger yang dijual dan dipasarkan hanya di
satu lokasi atau jam tangan Audemar Piaget yang hanya dipasarkan pada
outlet-outlet tertentu.
Distribusi
selektif adalah rangkaian produk yang hanya dijual atau dipasarkan di
outlet modern atau pasar modern dan tidak dijual di pasar-pasar
tradisional. Sementara itu, distribusi intensif adalah produk yang
dipasarkan atau dijual ke seluruh jenis pasar, baik modern maupun
tradisional, dan meliputi seluruh wilayah Indonesia.
4. Pricing atau harga dalam manajemen pemasaran
Pricing
adalah strategi yang menyangkut dalam penetapkan harga produk. Seperti
telah dijelaskan di atas untuk produk-produk dengan diferensiasi yang
kuat, dapat menetapkan harga premium. Contohnya, motor Harley Davidson
atau mobil Porsche. Selain itu, ada produk yang dijual dengan strategi low cost, contohnya jasa telepon yang ditawarkan para operator cdma.
Penetapan
harga untuk sebuah produk tentunya mempunyai tujuan. Pada dasarnya,
ada empat jenis tujuan penetapan harga. Berikut ini tujuan penetapan
harga produk oleh sebuah perusahaan atau penjual.
- Penetapan harga dilakukan untuk menghasilkan laba yang paling tinggi (maksimisasi laba), sehingga perusahaan atau penjual memilih harga produknya yang dapat menghasilkan laba yang besar.
- Penetapan harga dilakukan untuk mencapai tingkat volume penjualan yang tinggi di dalam sebuah pangsa pasar.
- Penetapan harga dilakukan untuk membentuk citra perusahaan, seperti dengan menetapkan harga yang tinggi pada produknya dapat membentuk citra perusahaan yang prestisius.
Peningkatkan Kinerja Manajemen Pemasaran
1. Motivasi
Orang-orang
pemasaran yang bermotivasi baik dengan pengalaman yang hebat akan
menjadikan sebuah manajemen pemasaran menjadi mesin pendorong kemajuan
dan perkembangan perusahaan yang sangat hebat. Bagaimanakah membuat
orang-orang pemasaran bersemangat dan termotivasi mencapai target bahkan
melebihi target?
Salah
satu master motivasi paling fenomenal pada abad ke 19, John H.
Patterson yang juga merupakan penemu Nasional Cash Register, berhasil
membentuk tim pemasaran elit buat perusahaannya. Apa yang dilakukannya
untuk mengubah karakter tim pemasarannya menjadi orang-orang yang
berpikiran maju dan menjadi seperti para tentara bangsa Trojan?
Pak
Patterson ini meminta para agen pemasarannya untuk terbiasa memakai
pakaian bagus mereka. Dia pun tidak sembarangan dalam mendukung tim ini.
Bila mereka bertugas ke luar kota, mereka harus menginap di hotel yang
paling mewah dan paling mahal di kota tersebut. Mereka pun harus menjaga
penampilan fisik dengan cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan
harus berolah raga dnegan teratur.
Bagaimana
pun tim pemasaran harus berpenampilan yang meyakinkan. Bagi Patterson,
orang yang mempunyai kesehatan prima akan tampil lebih percaya diri dan
dapat membuat orang lain lebih percaya dan yakin pada apa yang
dikatakannya.
2. Komisi dan Dukungan Pasangan
Bila
tim pemasaran ini berhasil mencapai target atau bahkan melebihi target
yang telah ditetapkan, maka mereka akan diundang ke pertemuan khusus
untuk para agen pemasaran berprestasi. Komisi yang diberikan berupa emas
berharga tertentu.
Tidak
berhenti sampai di situ. Demi mendukung tentara Trojannya ini,
Patterson juga mentraining para istri tim pemasarananya. Pelatihan yang
diberikan kepada para istri ini adalah bagaimana melayani suami dan
bagaimana membuat para suami nyaman di rumah sehingga akan bekerja lebih
fokus pada target perusahaan.
Para
istri diperlihatkan beragam komisi yang bisa didapatkan oleh suami bila
suaminya mampu meraih target tertentu. Bagi Patterson, manajemen
pemasaran adalah manajemen kehidupan secara keseluruhan sehingga gerak
roda manajemen pemasaran ini harus juga selaras dengan gerak roda
kehidupan yang lain. Cara ini cukup sukses membuat perusahaan maju.
Kedengarannya
mungkin berlebihan, tapi apa yang dilakukan oleh Patterson terhadap tim
pemasarannya adalah sesuatu yang bisa dipahami oleh akal. Bahwa untuk
meraih kemajuan bersama harus bekerja bersama sehingga target dapat
tercapai dengan maksimal.
Patterson
sudah memikirkan betapa pentingnya peranan para istri dalam kemajuan
yang bisa diraih oleh para suami mereka. Bukankah dibalik laki-laki yang
hebat, pasti ada wanita dahsyat yang mendukungnya.
3. Materi
Tim
manjemen pemasaran akan hebat kalau mereka tahu target dan apa imbalan
yang akan mereka dapatkan bila target tersebut tercapai. Uang adalah
sarana penunjang kerja walaupun uang bukan Tuhan yang harus
didewa-dewakan.
Tapi
kenyataan bahwa uang adalah alat pendukung kegiatan kehidupan termasuk
meraih kebahagiaan, maka uang ini menjadi sangat penting. Sebuah
sertifikat tanda terima kasih sudah saatnya dilengkapi dengan amplop
berisi uang.
Pendapat di atas diutarakan oleh banyak CEO yang telah malang melintang dalam menangani manajemen pemasaran
di banyak perusahaan. Bila tidak, maka para agen pemasaran yang sudah
berpengalaman akan keluar dari perusahaan dan membentuk perusahaan
sendiri. Perlu diingat bahwa tim pemasaran adalah tentara perusahaan
yang hebat yang tahu banyak strategi bagaimana memasarkan produk.
Faktor dan Konsep Manajemen Pemasaran
Manajemen
pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh suatu
perusahaan untuk mempertahankan, mengembangkan, dan mendapatkan laba
untuk kelangsungan perusahaan. Proses pemasaran sudah dimulai sebelum
barang-barang diproduksi dan tidak berakhir setelah proses penjualan.
Kegiatan
pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen
jika menginginkan kegiatan usaha suatu perusahaan terus berjalan atau
konsumen memiliki pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Menurut
Kotler, manajemen perusahaan adalah penganalisisan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan untuk
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Suatu perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai kesuksesan perusahan, akan mengetahui cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini adalah "konsep pemasaran".
Suatu perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai kesuksesan perusahan, akan mengetahui cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini adalah "konsep pemasaran".
Konsep Manajemen Pemasaran
Sebagai
falsafah bisnis, konsep pemasaran memiliki tujuan memberikan kepuasan
terhadap keinginan konsumen. Selain itu, konsep pemasaran berorientasi
pada kebutuhan konsumen. Konsep pemasaran memang berbeda dengan konsep
bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk dan penjualan. Konsep
pemasaran terdiri atas tiga unsur, yaitu sebagai berikut.
Berorientasi
kepada konsumen. Dalam manajmen pemasaran, Anda harus melihat sasaran
penjualan produk Anda itu seperti apa, sehingga Anda perlu mengenal
konsumennya terlebih dahulu.Penyusunan kegiatan pemasaran secara
terperinci. Apabila Anda sudah menemukan konsumen atau sasaran pemasaran
yang tepat, maka Anda tinggal menyusun strategi penjualan produk
tersebut. Rincilah kegiatan pemasaran Anda secara terperinci.Kepuasan
konsumen. Jika kegiatan penjualan Anda sudah berjalan, maka Anda perlu
mengevaluasi manajemen pemasaran produk Anda, seperti kepuasan konsumen
terhadap produk yang Anda jual. Jadi, Anda dapat mengetahui kekurangan
produk tersebut, sehingga Anda dapat menyusun strategi agar produk Anda
tetap laris dipasaran.Manajemen pemasaran pun tak dapat dipisahkan dari
empat faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu
manajemen pemasaran. Berikut ini empat faktor yang berpengaruh dalam
manajemen pemasaran.
1. Product atau produk dalam manajemen pemasaran
Produk
suatu perusahaan terbagi menjadi dua macan, yaitu produk berupa barang
(seperti ponsel, motor, dan baju) dan produk yang berbentuk jasa
(seperti tabungan, jasa telekomunikasi, atau jasa perawatan tubuh dan
spa.
Dalam
konsep produk, dikenal produk premium atau produk yang memiliki ciri
khas, fitur unik, dam memiliki kelas tersendiri. Oleh karena itu, produk
tersebut memiliki harga yang relative mahal. Sementara di sisi lain,
ada juga konsep produk “me too”, yaitu produk yang didesain sebagai
saingan atau imitator dari produk yang telah dulu ada di pasaran.
Untuk
memasarkan sebuah produk, Anda perlu melihat sasaran penjualan produk
Anda kepada siapa, di mana, dan kapan. Perlu strategi yang harus Anda
lakukan agar produk yang Anda jual laku dipasaran. Meskipun produk yang
Anda jual adalah barang imitasi, jika Anda menawarkan produk tersebut
kepada konsumen yang tepat, waktu dan tempat yang tepat, maka penjualan
produk Anda akan laris manis.
2. Promotion atau promosi dalam manajemen pemasaran
Promosi
adalah langkah yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan produk dan
membujuk calon konsumen agar mengeluarkan uang untuk membeli produk yang
ditawarkan. Dalam promosi, dikenal dengan adanya istilah promotion mix
atau gabungan program promosi yang tergabung dalam empat elemen kunci,
yaitu promosi melaui iklan, promosi publikasi, promosi melalui sales
promotion, dan promosi melalui personal selling.
Sebagai
seorang konsumen, tentu promosi barang itu sangat mempengaruhinya untuk
tertarik membeli sebuah barang. Promosi yang bagus dan menarik dapat
menarik perhatian konsumen untuk membelinya. Akan tetapi, promosi juga
harus dilakukan pada watu dan tempat yang tepat.
Jiga
Anda mempromosikan sebuah jaket di daerah panas dan pada waktu musim
panas, itu kurang tepat. Penjualan barang Anda akan rendah atau bahkan
tidak ada yang membeli. Untuk itu, promosi suatu produk juga perlu
strategi.
3. Place atau tempat dalam manajemen pemasaran
Place
atau tempat berarti mengenai tempatr produk yang ditawarkan akan dijual
atau dipasarkan. Place menyangkut strategi distribusi yang hendak
dilakukan. Ada tiga model distribusi, yakni distribusi eksklusif,
distribusi selektif, dan distribusi intensif.
Distribusi eksklusif adalah memasarkan produk barang dan jasa hanya pada outlet yang terbatas agar menjaga prestise dan reputasi produk yang ditawarkan. Contohnya, Kaos Joger yang dijual dan dipasarkan hanya di satu lokasi atau jam tangan Audemar Piaget yang hanya dipasarkan pada outlet-outlet tertentu.
Distribusi eksklusif adalah memasarkan produk barang dan jasa hanya pada outlet yang terbatas agar menjaga prestise dan reputasi produk yang ditawarkan. Contohnya, Kaos Joger yang dijual dan dipasarkan hanya di satu lokasi atau jam tangan Audemar Piaget yang hanya dipasarkan pada outlet-outlet tertentu.
Distribusi
selektif adalah rangkaian produk yang hanya dijual atau dipasarkan di
outlet modern atau pasar modern dan tidak dijual di pasar-pasar
tradisional. Sementara itu, distribusi intensif adalah produk yang
dipasarkan atau dijual ke seluruh jenis pasar, baik modern maupun
tradisional, dan meliputi seluruh wilayah Indonesia.
4. Pricing atau harga dalam manajemen pemasaran
Pricing
adalah strategi yang menyangkut dalam penetapkan harga produk. Seperti
telah dijelaskan di atas untuk produk-produk dengan diferensiasi yang
kuat, dapat menetapkan harga premium. Contohnya, motor Harley Davidson
atau mobil Porsche. Selain itu, ada produk yang dijual dengan strategi
low cost, contohnya jasa telepon yang ditawarkan para operator cdma.
Penetapan
harga untuk sebuah produk tentunya mempunyai tujuan. Pada dasarnya,
ada empat jenis tujuan penetapan harga. Berikut ini tujuan penetapan
harga produk oleh sebuah perusahaan atau penjual.
Penetapan
harga dilakukan untuk menghasilkan laba yang paling tinggi (maksimisasi
laba), sehingga perusahaan atau penjual memilih harga produknya yang
dapat menghasilkan laba yang besar.Penetapan harga dilakukan untuk
mencapai tingkat volume penjualan yang tinggi di dalam sebuah pangsa
pasar.Penetapan harga dilakukan untuk membentuk citra perusahaan,
seperti dengan menetapkan harga yang tinggi pada produknya dapat
membentuk citra perusahaan yang prestisius.
Penetapan
harga dilakukan untuk mempertahankanhubungan yang stabil antara suatu
perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
Strategi Harga dalam Manajemen Pemasaran
Sementara
itu, ada tiga jenis strategi penetapan harga, yaitu strategi harga
berdasarkan biaya, strategi berdasarkan permintaan, dan strategi harga
berdasarkan persaingan.
Startegi berdasarkan harga adalah strategi yang menetapkan harga produk di awal produksinya rendah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar dan menghalangi para pesaing untuk masuk. Selain itu, strategi ini mempunyai perspektif jangka panjang karena laba jangka pendek dikorbankan. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang terus-menerus atau berkelanjutan.
Startegi berdasarkan harga adalah strategi yang menetapkan harga produk di awal produksinya rendah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar dan menghalangi para pesaing untuk masuk. Selain itu, strategi ini mempunyai perspektif jangka panjang karena laba jangka pendek dikorbankan. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang terus-menerus atau berkelanjutan.
Strategi
berdasarkan permintaan adalah strategi sebuah perusahaan atau penjualan
yang menetapkan harga berdasarkan pada permintaan pasar. Ketika
permintaan pasar meningkat, perusahaan dapat menaikkan harga produknya
kemudian memberikan potongan harga atau diskon. Hal tersebut membuat
harga produk tersebut tetap stabil dan laba yang diinginkan akan
tercapai.
Strategi
berdasarkan persaingan adalah strategi sebuah perusahaan menetapkan
harga sebuah produk karena banyaknya persaingan. Perusahaan atau penjual
dapat menetapkan harga sama dengan strategi permintaan. Harga produk
tersebut dinaikkan terlebih dahulu kemudian diberikan potongan harga
atau diskon. Laba perusahaan dapat terjaga dengan baik.
Berbicara
tentang manajemen pemasaran memang membutuhkan pemikiran yang cerdas
karena dibutuhkan strategi dan keahlian untuk mempelajarinya. Seorang
pengusaha bisa sukses di dunia pemasaran karena keuletan dan keahliannya
dalam mengatur manajemen pemasaran. Semoga informasi tersebut dapat
bermanfaat bagi Anda.
Thursday, September 20, 2012
Candi Muara Takus, Sumatera, Indonesia
Candi
Muara
Takus
Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, Kecamatan
Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Jaraknya dari Pekanbaru, Ibukota Propinsi Riau, sekitar 128
Km. Perjalanan menuju Desa Muara Takus hanya dapat dilakukan
melalui jalan darat yaitu dari Pekanbaru ke arah Bukittinggi
sampai di Muara Mahat. Dari Muara Mahat melalui jalan kecil
menuju ke Desa Muara Takus. Kompleks Candi Muara Takus,
satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau.
Candi bernuansa Buddhistis ini merupakan bukti bahwa agama
Budha pernah berkembang di kawasan ini. Kendatipun demikian,
para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan
candi ini didirikan.Ada dua pendapat mengenai nama Muara
Takus. Yang pertama mengatakan bahwa nam tersebut diambil dari
nama sebuah anak sungai kecil bernama Takus yang bermuara ke
Sungai Kampar Kanan. Pendapat lain mengatakan bahwa Muara
Takus terdiri dari dua kata, yaitu “Muara” dan “Takus”. Kata
“Muara” mempunyai pengertian yang sudah jelas, yaitu suatu
tempat sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke
sungai yang lebih besar, sedangkan kata “Takus” berasal dari
bahasa Cina, Ta berarti besarr, Ku berarti tua, dan Se berarti
candi atau kuil. Jadi arti keseluruhan kata Muara Takus adalah
candi tua yang besar, yang terletak di muara sungai.
Candi Muara Takus merupakan candi Buddha, terlihat dari
adanya stupa, yang merupakan lambang Buddha Gautama. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa candi ini merupakan campuran
dari bentuk candi Buddha dan Syiwa. Pendapat tersebut
didasarkan pada bentuk bentuk Candi Mahligai, salah satu
bangunan di kompleks Candi Muara takus, yang menyerupai bentuk
lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan).
Arsitektur candi ini juga mempunyai kemiripan dengan
arsitektur candi-candi di Myanmar. Candi Muara Takus merupakan
sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan.
Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi
ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan
terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah
utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat
tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa,
sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi
duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari
bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya
telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang.
Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m.
Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen
segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada
alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang
sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni).
Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85
m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu
bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi
yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan
dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya
terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada
tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Pemugaran dilaksanakan
hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian
puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada
lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki
candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak, berukuran
panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari
permukaan tanah dengan volume 52,9 m3.
Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu
terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat
dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada
bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian
belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai
dikerjakan tahun 1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini
dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang
dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat
dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi
setelah dipugar 6,20 m dari permukaan tanah, dan volume nya
365,8 m3.
Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.
Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.
Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.
Candi Bahal Sumatera, Indonesia
Candi
Bahal
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal,
Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera
Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari
Padangsidempuan. Candi ini merupakan
kompleks candi (dalam istilah setempat disebut biaro) yang
terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi
kompleks Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III.
Candi Bahal hanya merupakan bagian dari candi-candi Padanglawas yang berarti candi-candi yang terletak di padang luas yang mencakup, di antaranya: Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu. Kemungkinan, persawahan dan perkampungan di sekitar candi-candi tersebut tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak candi Padanglawas hanya Candi Bahal yang sudah selesai dienovasi, Candi Sipamutung dan candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya masih berupa reruntuhannya.
Tidak diketahui apakah Candi Bahal merupakan candi Hindu atau Candi Buddha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal merupakan Candi Buddha. Akan tetapi, melihat arca-arca batu yang ditemukan di tempat tersebut, seperti arca kepala makara, arca Ganesha, raksasa, dsb., diperkirakan Candi ini merupakan candi Hindu atau Buddha Tantrayana. Fungsi candi Bahal pada masa lalu juga belum diketahui dengan pasti, walaupun penduduk di sekitar menyebutnya "biaro" yang berarti biara.
Kompleks Candi Bahal terdiri dari tiga buah candi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter. Beberapa kilometer dari candi ini ada pula kompleks candi lain, yaitu kompleks Candi Pulo atau Barumun yang tengah dipugar.
Candi Bahal seringkali disebut juga sebagai Candi Portibi, sesuai dengan sebutan untuk daerah tempat candi itu berada. Dalam beberapa hal, terdapat kesamaan di antara Candi Bahal I, II maupun III. Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Masing-masing kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan pintu masuk tepat menghadap ke gerbang.
Bahal I
Lokasi Candi Bahal I mudah ditemukan karena
bangunan candi langsung terlihat dari jalan yang dapat
dilalui kendaraan beroda empat. Selain itu, di jalan masuk ke
areal candi Bahal I telah dibangun gapura dan sebuah pos
penjagaan yang terletak tidak jauh dari gapura.
Berhadapan dengan pos penjaga terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai museum. Dalam museum tersebut tersimpan bagian-bagian Candi Bahal yang belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula, termasuk arca utuh dan potongan arca.
Candi Bahal 1 dibangun di pelataran seluas sekitar 3000 m2 yang dikelilingi pagar dari susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal, yaitu sekitar 1 m, sehingga orang dapat berjalan dengan leluasa mengitari candi. Pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 7 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat di ujung sisi kiri dan kanan gerbang.
Bangunan utama Candi Bahal I terletak di tengah halaman, menghadap ke gerbang. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di sisi timur, berhadapan dengan tangga naik ke bangunan utama, dan di sisi barat panggung, berhadapan dengan tangga untuk turun dari gerbang.
Di bagian selatan halaman, sejajar dengan fondasi tersebut di atas, berjajar dua fondasi berukuran 3 m2 dan 2,5 m2. Tidak didapatkan informasi apakah di atas ketiga fondasi tersebut tadinya terdapat bangunan atau tidak. Tidak diketahui juga fungsi ketiganya.
Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan II. Bangunan utama ini terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 7 m2 dengan tinggi sekitar 180 cm.
Di atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm,
dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 6 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar
mengelilingi kaki candi. Di pertengahan sisi timur,
tepat di depan tangga naik ke kaki permukaan candi, tatakan
candi menjorok ke luar sepanjang sekitar 4 m dengan
lebar sekitar 2 m. Di ujung 'jalan' tersebut terdapat tangga
yang diapit oleh sepasang kepala makara di pangkalnya.
Makara adalah hewan yang hanya ada dalam mitos, berwujud setengah ikan setengah buaya. Mulut arca kepala makara dari batu tersebut menganga lebar. Dalam mulut yang terbuka tersebut terdapat makhluk yang mirip dengan kinara-kinari, yaitu burung berkepala manusia, seperti yang terdapat pada candi-candi Syiwa di Jawa.
Walaupun sama-sama terbuat dari batu, arca makara pengapit tangga ini mempunyai pola hiasan yang berbeda dengan yang terdapat di candi-candi di Jawa pada umumnya. Bagian belakang kepala hewan tersebut dihiasi dengan pahatan lingkaran berjajar, yang tidak ditemukan pada makara candi-candi di Jawa.
Sepanjang sisi utara dan selatan dinding
'jalan' menuju tatakan terdapat pahatan berbentuk orang dalam berbagai posisi.
Walaupun banyak bagian pahatan yang sudah rusak, masih
terlihat bentuk orang yang tampak seperti sedang menari. Di
sepanjang sisi timur atau depan tatakan terdapat pahatan
berbentuk raksasa yang sedang duduk.
Pada dinding utara dan selatan kaki candi tidak terdapat pahatan, sedangkan sepanjang dinding barat (belakang) terdapat pahatan yang lebih halus namun sudah tidak jelas lagi bentuknya.
Tubuh candi berupa bangunan bersegi empat dengan alas berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tubuh candi dengan permukaan kaki candi membentuk selasar selebar sekitar 1 m. Untuk mencapai pintu masuk ke ruang di dalam tubuh candi terdapat tangga setinggi sekitar 60 cm dari permukaan kaki candi. Dalam tubuh candi terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2 yang dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Lebar ambang pintu masuk sekitar 120 x 250 cm. Tidak terdapat pahatan yang menghiasi bingkai pintu.
Bahal II
Candi Bahal II terletak sekitar 100 m dari
jalan dan sekitar 300 m dari Candi Bahal I. Pelataran Candi Bahal II
sama luasnya dengan pelataran Candi Bahal I dan juga
dikelilingi pagar bata, akan tetapi ukuran bangunan utamanya lebih kecil dari
bangunan utama Candi Bahal I.
Sebagaimana yang terdapat di Candi Bahal 1, pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 4 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat sisi timur (luar).
Bangunan utama Candi Bahal II terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 6 m2 dan setinggi sekitar 1 m. Di atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm, dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar mengelilingi kaki candi.
Tubuh candi yang berdiri di atas kaki candi berdenah dasar bujur sangkar seluas 4 m2, sehingga di permukaan kaki candi juga terdapat selasar selebar sekitar 1 m.
Dalam tubuh Candi Bahal II juga terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2, dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Pintu masuk selebar sekitar 120 x 250 cm menghadap ke timur tanpa pahatan hiasan apapun pada bingkainya.
Dinding tatakan, kaki dan tubuh candi juga polos tanpa hiasan pahatan. Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi empat. Di sekeliling susunan teratas terdapat deretan lubang yang tidak diketahui fungsinya.
Di depan pangkal tangga bangunan utama
terdapat sepasang kepala makara dengan mulut terbuka. Dalam
mulut terdapat makhluk yang tidak jelas bentuknya. Walaupun
sama-sama terbuat dari batu, kepala makara ini berbeda
bentuknya dengan yang terdapat di depan bangunan utama Candi
Bahal I.
Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan.
Di sudut utara halaman belakang bangunan utama terdapat semacam fondasi bangunan yang sudah runtuh. Di sisi timur fondasi tersebut terdapat semacam fondasi lain yang mempunyai tangga untuk naik di dua sisi, yaitu sisi utara dan selatan. Di depan masing-masing tangga terdapat sebuah arca kepala makara yang posisinya membelakangi tangga. Di dekat fondasi tersebut berserakan beberapa potongan arca batu.
Bahal III
Candi Bahal II terletak sekitar 100 m dari jalan, namun Untuk mencapai lokasi Candi Bahal III orang harus melalui jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk. Terdapat banyak kemiripan antara Candi Bahal III dan kedua candi Bahal lainnya. Pelataran candi yang luasnya relatif sama juga dikelilingi pagar batu bata dengan ketebalan dan ketinggian yang sama. Gerbang untuk masuk ke halaman juga terletak di sisi timur. Sama halnya dengan bangunan utama Candi Bahal III yang terletak di tengah pelataran. Gerbang Candi Bahal III lebih mirip dengan gerbang Candi Bahal I, karena tangga naik ke gerbang terletak di sisi utara dan selatan. Tangga di gerbang Candi Bahal II terletak di timur.
Di antara bangunan utama dan pintu gerbang
juga
terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar
bujur sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke
panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di
utara dan selatan.
Ukuran dan bentuk bangunan utama Candi Bahal III sangat mirip dengan bangunan utama Candi Bahal II. Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi juga terletak di timur.
Tidak terdapat hiasan kepala makara di depan tangga naik ke selasar di permukaan tatakan, namun terdapat pahatan yang sudah kurang jelas bentuknya di pipi tangga di kaki candi.
Di utara bangunan utama terdapat batu potongan arca. Yang sebuah berbentuk seperti tatakan patung dengan hiasan kelopak teratai di sekelilingnya, mirip dengan yang terdapat di Candi Jago maupun Candi Singasari di Jawa Timur. Sedangkan potongan lainnya tampak seperti bagian kaki dari sebuah arca yang dibuat dalam posisi berdiri, karena di bagian bawah terdapat bentuk kaki, lengkap dengan jari-jarinya.
Museum Bahal
Museum Candi Bahal terletak di seberang pos penjagaan Candi Bahal I. Bangunan museum ini mirip dengan bangunan rumah biasa. Dalam museum tersimpan berbagai bentuk dan jenis bagian candi-candi Bahal yang masih belum diketahui letaknya semula atau, yang karena alasan tertentu, belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula.
Di museum tersebut juga dilakukan
rekonstruksi potongan dan susunan batu dan bata untuk
menemukan kembali bentuk, susunan dan letaknya semula.
Potongan batu yang ditemukan di ketiga situs Candi Bahal
umumnya merupakan bagian dari sebuah arca atau hiasan dan
bukan merupakan reruntuhan bangunan yang umumnya terbuat dari
batu bata.
Di antara objek yang tersimpan dan mengalami proses rekonstruksi di museum adalah potongan arca berbentuk raksasa dalam posisi berdiri sambil memanggul gada. Di samping itu juga terdapat sekumpulan batu bata yang memiliki lubang-lubang yang, konon merupakan jejak kaki binatang. Kumpulan batu bata ini ditemukan pada tahun 2000 di pelataran Candi Bahal I.
Banyak yang dapat dilihat di museum ini. Sayang museum ini tidak dibuka secara rutin untuk umum. Tidak selalu ada petugas yang dapat ditemui. dari petugas yang ditemui juga tidak banyak informasi yang bisa didapatkan.
-- |
Candi Bahal hanya merupakan bagian dari candi-candi Padanglawas yang berarti candi-candi yang terletak di padang luas yang mencakup, di antaranya: Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu. Kemungkinan, persawahan dan perkampungan di sekitar candi-candi tersebut tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak candi Padanglawas hanya Candi Bahal yang sudah selesai dienovasi, Candi Sipamutung dan candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya masih berupa reruntuhannya.
Tidak diketahui apakah Candi Bahal merupakan candi Hindu atau Candi Buddha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal merupakan Candi Buddha. Akan tetapi, melihat arca-arca batu yang ditemukan di tempat tersebut, seperti arca kepala makara, arca Ganesha, raksasa, dsb., diperkirakan Candi ini merupakan candi Hindu atau Buddha Tantrayana. Fungsi candi Bahal pada masa lalu juga belum diketahui dengan pasti, walaupun penduduk di sekitar menyebutnya "biaro" yang berarti biara.
Kompleks Candi Bahal terdiri dari tiga buah candi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter. Beberapa kilometer dari candi ini ada pula kompleks candi lain, yaitu kompleks Candi Pulo atau Barumun yang tengah dipugar.
Candi Bahal seringkali disebut juga sebagai Candi Portibi, sesuai dengan sebutan untuk daerah tempat candi itu berada. Dalam beberapa hal, terdapat kesamaan di antara Candi Bahal I, II maupun III. Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Masing-masing kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan pintu masuk tepat menghadap ke gerbang.
Bahal I
Berhadapan dengan pos penjaga terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai museum. Dalam museum tersebut tersimpan bagian-bagian Candi Bahal yang belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula, termasuk arca utuh dan potongan arca.
Candi Bahal 1 dibangun di pelataran seluas sekitar 3000 m2 yang dikelilingi pagar dari susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal, yaitu sekitar 1 m, sehingga orang dapat berjalan dengan leluasa mengitari candi. Pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 7 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat di ujung sisi kiri dan kanan gerbang.
Bangunan utama Candi Bahal I terletak di tengah halaman, menghadap ke gerbang. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di sisi timur, berhadapan dengan tangga naik ke bangunan utama, dan di sisi barat panggung, berhadapan dengan tangga untuk turun dari gerbang.
Di bagian selatan halaman, sejajar dengan fondasi tersebut di atas, berjajar dua fondasi berukuran 3 m2 dan 2,5 m2. Tidak didapatkan informasi apakah di atas ketiga fondasi tersebut tadinya terdapat bangunan atau tidak. Tidak diketahui juga fungsi ketiganya.
Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan II. Bangunan utama ini terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 7 m2 dengan tinggi sekitar 180 cm.
Makara adalah hewan yang hanya ada dalam mitos, berwujud setengah ikan setengah buaya. Mulut arca kepala makara dari batu tersebut menganga lebar. Dalam mulut yang terbuka tersebut terdapat makhluk yang mirip dengan kinara-kinari, yaitu burung berkepala manusia, seperti yang terdapat pada candi-candi Syiwa di Jawa.
Walaupun sama-sama terbuat dari batu, arca makara pengapit tangga ini mempunyai pola hiasan yang berbeda dengan yang terdapat di candi-candi di Jawa pada umumnya. Bagian belakang kepala hewan tersebut dihiasi dengan pahatan lingkaran berjajar, yang tidak ditemukan pada makara candi-candi di Jawa.
Pada dinding utara dan selatan kaki candi tidak terdapat pahatan, sedangkan sepanjang dinding barat (belakang) terdapat pahatan yang lebih halus namun sudah tidak jelas lagi bentuknya.
Tubuh candi berupa bangunan bersegi empat dengan alas berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tubuh candi dengan permukaan kaki candi membentuk selasar selebar sekitar 1 m. Untuk mencapai pintu masuk ke ruang di dalam tubuh candi terdapat tangga setinggi sekitar 60 cm dari permukaan kaki candi. Dalam tubuh candi terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2 yang dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Lebar ambang pintu masuk sekitar 120 x 250 cm. Tidak terdapat pahatan yang menghiasi bingkai pintu.
Bentuk atap Candi Bahal I sangatlah unik,
tidak menyerupai limas bersusun seperti candi-candi di Jawa
Timur, namun juga tidak mirip stupa seperti atap Candi Muara
Takus. Bentuk atap Candi Bahal I silinder dengan
tinggi sekitar 2,5 m, seperti kue yang diletakkan di atas
tatakan persegi empat. Pahatan untaian bunga
melingkari tepian atap.
Masih di dalam halaman Candi
Bahal I, di sudut utara halamn belakang bangunan utama
terdapat fondasi berukuran sekitar 2,5 m2 dengan
reruntuhan di atasnya. Tidak didapat informasi mengenai
bentuk asli maupun fungsi semula reruntuhan tersebut.
Bahal II
Sebagaimana yang terdapat di Candi Bahal 1, pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 4 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat sisi timur (luar).
Bangunan utama Candi Bahal II terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 6 m2 dan setinggi sekitar 1 m. Di atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm, dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar mengelilingi kaki candi.
Tubuh candi yang berdiri di atas kaki candi berdenah dasar bujur sangkar seluas 4 m2, sehingga di permukaan kaki candi juga terdapat selasar selebar sekitar 1 m.
Dalam tubuh Candi Bahal II juga terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2, dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Pintu masuk selebar sekitar 120 x 250 cm menghadap ke timur tanpa pahatan hiasan apapun pada bingkainya.
Dinding tatakan, kaki dan tubuh candi juga polos tanpa hiasan pahatan. Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi empat. Di sekeliling susunan teratas terdapat deretan lubang yang tidak diketahui fungsinya.
Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan.
Di sudut utara halaman belakang bangunan utama terdapat semacam fondasi bangunan yang sudah runtuh. Di sisi timur fondasi tersebut terdapat semacam fondasi lain yang mempunyai tangga untuk naik di dua sisi, yaitu sisi utara dan selatan. Di depan masing-masing tangga terdapat sebuah arca kepala makara yang posisinya membelakangi tangga. Di dekat fondasi tersebut berserakan beberapa potongan arca batu.
Bahal III
Candi Bahal II terletak sekitar 100 m dari jalan, namun Untuk mencapai lokasi Candi Bahal III orang harus melalui jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk. Terdapat banyak kemiripan antara Candi Bahal III dan kedua candi Bahal lainnya. Pelataran candi yang luasnya relatif sama juga dikelilingi pagar batu bata dengan ketebalan dan ketinggian yang sama. Gerbang untuk masuk ke halaman juga terletak di sisi timur. Sama halnya dengan bangunan utama Candi Bahal III yang terletak di tengah pelataran. Gerbang Candi Bahal III lebih mirip dengan gerbang Candi Bahal I, karena tangga naik ke gerbang terletak di sisi utara dan selatan. Tangga di gerbang Candi Bahal II terletak di timur.
Ukuran dan bentuk bangunan utama Candi Bahal III sangat mirip dengan bangunan utama Candi Bahal II. Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi juga terletak di timur.
Tidak terdapat pahatan pada bingkai pintu, namun
sepanjang dinding tatakan dihiasi pahatan dengan motif yang mirip bunga.
Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh candi.
Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh candi.
Atap Candi Bahal II berbentuk limas
dengan puncak persegi empat. Mirip dengan atap Candi
Bahal II, namun tidak terdapat deretan lobang pada atap candi
ini. Tidak terdapat hiasan kepala makara di depan tangga naik ke selasar di permukaan tatakan, namun terdapat pahatan yang sudah kurang jelas bentuknya di pipi tangga di kaki candi.
Di utara bangunan utama terdapat batu potongan arca. Yang sebuah berbentuk seperti tatakan patung dengan hiasan kelopak teratai di sekelilingnya, mirip dengan yang terdapat di Candi Jago maupun Candi Singasari di Jawa Timur. Sedangkan potongan lainnya tampak seperti bagian kaki dari sebuah arca yang dibuat dalam posisi berdiri, karena di bagian bawah terdapat bentuk kaki, lengkap dengan jari-jarinya.
Museum Bahal
Museum Candi Bahal terletak di seberang pos penjagaan Candi Bahal I. Bangunan museum ini mirip dengan bangunan rumah biasa. Dalam museum tersimpan berbagai bentuk dan jenis bagian candi-candi Bahal yang masih belum diketahui letaknya semula atau, yang karena alasan tertentu, belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula.
Di antara objek yang tersimpan dan mengalami proses rekonstruksi di museum adalah potongan arca berbentuk raksasa dalam posisi berdiri sambil memanggul gada. Di samping itu juga terdapat sekumpulan batu bata yang memiliki lubang-lubang yang, konon merupakan jejak kaki binatang. Kumpulan batu bata ini ditemukan pada tahun 2000 di pelataran Candi Bahal I.
Banyak yang dapat dilihat di museum ini. Sayang museum ini tidak dibuka secara rutin untuk umum. Tidak selalu ada petugas yang dapat ditemui. dari petugas yang ditemui juga tidak banyak informasi yang bisa didapatkan.
Candi di Sumatra
Candi di Sumatra
Candi di Pulau Sumatra tidak sebanyak yang terdapat di Pulau Jawa. Kebanyakan candi di Sumatra terletak di lokasi yang cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sebagian besar candi di Sumatra, yang telah diketahui keberadaannya, berada di provinsi Sumatra Utara, khususnya di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang keberadaan candi-candi tersebut. Di samping itu, umumnya lokasi candi cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya atau berkunjung ke sana.
Di Simangambat dekat Siabu, Sumatra Utara, misalnya, terdapat reruntuhan candi Syiwa. Diduga candi tersebut dibangun pada abad ke-8. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai reruntuhan candi ini masih perlu dilakukan penelitian dan penggalian.
Kawasan lain di Sumatra Utara yang dikenal mempunyai banyak candi ialah kawasan Padang Lawas, yang mencakup Kecamatan Sipirok, Sibuhuan, Sosopan, Sosa, dan Padang Bolak. Di kawasan ini terdapat belasan reruntuhan candi Hindu yang kesemuanya terletak tidak jauh dari sungai. Sebagian besar terdapat di Kecamatan Padang Bolak. Tidak banyak yang diketahui tentang reruntuhan candi tersebut. Diduga candi-candi tersebut dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Panei pada abad ke-11 M.
Di antara candi-candi di kawasan Padang Lawas, yang paling dikenal adalah Candi Bahal yang terletak di Desa Bahal. Candi ini telah diketahui keberadaannya sejak zaman Belanda. Pemerintah Belanda menamakannya Candi Portibi (kata portibi dalam bahasa Batak berarti dalam dunia ini). Di kompleks Candi Bahal terdapat tiga bangunan candi yang telah direnovasi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus. Walaupun telah mengalami pemugaran, banyak bagian candi yang sudah tidak ditemukan lagi sehingga harus diganti dengan batu bata. Candi lain di kawasan ini, yang sudah mengalami pemugaran adalah Candi Sipamutung. Candi ini merupakan kompleks percandian yang cukup besar dan terdiri dari beberapa bangunan, namun hampir tidak ada informasi tertulis yang bisa didapat tentang candi ini.
Di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, juga terdapat beberapa candi, di antaranya adalah Candi Astano, Candi Tinggi dan Candi Gumpung, Candi Kembar baru, Candi Gedong, Candi Kedaton, dan Candi Kota Mahligai. Bentuk bangunan candi dan sisa artikel bersejarah yang dijumpai Muaro Jambi menunjukkan bahwa bangunan ini berlatar belakang Hinduisme dan diperkirakan dibangun pada abat ke-4 sampai dengan ke-5 M.
Candi yang cukup besar dan terkenal di Sumatra adalah Candi Muara Takus yang terletak di Provinsi Riau, tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto, Kabupaten Kampar. Di dekat hulunya, Sungai Kampar bercabang dua menjadi Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Di pinggir Sungai Kampar Kanan inilah letak Desa Muara Takus. Bangunan candi Muara Takus sebagian besar dibuat dari batu bata merah. Berbeda dengan reruntuhan candi lain yang ditemukan di Sumatra Utara, Candi Muara Takus merupakan candi Buddha. Keberadaan candi diduga mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan juga dapat dijadikan petunjuk bahwa Muara Takus pernah berfungsi sebagai pelabuhan kapal. Hal itu dimungkinkan mengingat orang Sriwijaya adalah pelaut-pelaut yang tangguh yang mampu melayari Sungai Kampar sampai jauh ke arah hulu. Berdasarkan catatan I-Ching, ada yang memperkirakan daerah Muara Takus merupakan Ibukota Kerajaan Sriwijaya atau paling tidak sebagai kota pelabuhan yang pernah jadi salah satu pusat belajar agama Buddha, tempat menimba ilmu para musafir dari Cina, India, dan negara-negara lainnya.
Candi di Pulau Sumatra tidak sebanyak yang terdapat di Pulau Jawa. Kebanyakan candi di Sumatra terletak di lokasi yang cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sebagian besar candi di Sumatra, yang telah diketahui keberadaannya, berada di provinsi Sumatra Utara, khususnya di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang keberadaan candi-candi tersebut. Di samping itu, umumnya lokasi candi cukup jauh dari kota, sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya atau berkunjung ke sana.
Di Simangambat dekat Siabu, Sumatra Utara, misalnya, terdapat reruntuhan candi Syiwa. Diduga candi tersebut dibangun pada abad ke-8. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai reruntuhan candi ini masih perlu dilakukan penelitian dan penggalian.
Kawasan lain di Sumatra Utara yang dikenal mempunyai banyak candi ialah kawasan Padang Lawas, yang mencakup Kecamatan Sipirok, Sibuhuan, Sosopan, Sosa, dan Padang Bolak. Di kawasan ini terdapat belasan reruntuhan candi Hindu yang kesemuanya terletak tidak jauh dari sungai. Sebagian besar terdapat di Kecamatan Padang Bolak. Tidak banyak yang diketahui tentang reruntuhan candi tersebut. Diduga candi-candi tersebut dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Panei pada abad ke-11 M.
Di antara candi-candi di kawasan Padang Lawas, yang paling dikenal adalah Candi Bahal yang terletak di Desa Bahal. Candi ini telah diketahui keberadaannya sejak zaman Belanda. Pemerintah Belanda menamakannya Candi Portibi (kata portibi dalam bahasa Batak berarti dalam dunia ini). Di kompleks Candi Bahal terdapat tiga bangunan candi yang telah direnovasi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus. Walaupun telah mengalami pemugaran, banyak bagian candi yang sudah tidak ditemukan lagi sehingga harus diganti dengan batu bata. Candi lain di kawasan ini, yang sudah mengalami pemugaran adalah Candi Sipamutung. Candi ini merupakan kompleks percandian yang cukup besar dan terdiri dari beberapa bangunan, namun hampir tidak ada informasi tertulis yang bisa didapat tentang candi ini.
Di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, juga terdapat beberapa candi, di antaranya adalah Candi Astano, Candi Tinggi dan Candi Gumpung, Candi Kembar baru, Candi Gedong, Candi Kedaton, dan Candi Kota Mahligai. Bentuk bangunan candi dan sisa artikel bersejarah yang dijumpai Muaro Jambi menunjukkan bahwa bangunan ini berlatar belakang Hinduisme dan diperkirakan dibangun pada abat ke-4 sampai dengan ke-5 M.
Candi yang cukup besar dan terkenal di Sumatra adalah Candi Muara Takus yang terletak di Provinsi Riau, tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto, Kabupaten Kampar. Di dekat hulunya, Sungai Kampar bercabang dua menjadi Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Di pinggir Sungai Kampar Kanan inilah letak Desa Muara Takus. Bangunan candi Muara Takus sebagian besar dibuat dari batu bata merah. Berbeda dengan reruntuhan candi lain yang ditemukan di Sumatra Utara, Candi Muara Takus merupakan candi Buddha. Keberadaan candi diduga mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan juga dapat dijadikan petunjuk bahwa Muara Takus pernah berfungsi sebagai pelabuhan kapal. Hal itu dimungkinkan mengingat orang Sriwijaya adalah pelaut-pelaut yang tangguh yang mampu melayari Sungai Kampar sampai jauh ke arah hulu. Berdasarkan catatan I-Ching, ada yang memperkirakan daerah Muara Takus merupakan Ibukota Kerajaan Sriwijaya atau paling tidak sebagai kota pelabuhan yang pernah jadi salah satu pusat belajar agama Buddha, tempat menimba ilmu para musafir dari Cina, India, dan negara-negara lainnya.
Isitilah atau pengertian candi
Apa sih Candi ?
Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.
Karena sjaran Hindu dan Buddha berasal dari negara India, maka bangunan candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti: teknik bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun demikian, pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat, sehingga arsitektur candi Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik kontruksi maupun corak dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa relief yang mengandung ajaran atau cerita tertentu.
Dalam kitab Manasara disebutkan bahwa bentuk candi merupakan pengetahuan dasar seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Gapura sendiri bisa berfungsi sebagai petunjuk batas wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang terletak pada dinding pembatas sebuah komplek bangunan tertentu. Gapura mempunyai fungsi penting dalam sebuah kompleks bangunan, sehingga gapura juga nencerminkan keagungan dari bangunan yang dibatasinya. Perbedaan kedua bangunan tersebut terletak pada ruangannya. Candi mempunyai ruangan yang tertutup, sedangkan ruangan dalam gapura merupakan lorong yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk.
Beberapa kitab keagamaan di India, misalnya Manasara dan Sipa Prakasa, memuat aturan pembuatan gapura yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India. Para seniman pada masa itu percaya bahwa ketentuan yang tercantum dalam kitab-kitab keagamaan bersifat suci dan magis. Mereka yakin bahwa pembuatan bangunan yang benar dan indah mempunyai arti tersendiri bagi pembuatnya dan penguasa yang memerintahkan membangun. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Keyakinan tersebut membuat para seniman yang akan membuat gapura melakukan persiapan dan perencanaan yang matang, baik yang bersifat keagamaan maupun teknis.
Salah satu bagian terpenting dalam perencanaan teknis adalah pembuatan sketsa yang benar, karena dengan sketsa yang benar akan dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan sang seniman. Pembuatan sketsa bangunan harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu, berkaitan dengan bentuk, ukuran, maupun tata letaknya. Apabila dalam pembuatan bangunan terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan akan berakibat kesengsaraan besar bagi pembuatnya dan masyarakat di sekitarnya. Hal itu berarti bahwa ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya. Namun, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, tidak dapat lepas dari pengaruh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Di samping itu, setiap seniman mempunyai imajinasi dan kreatifitas yang berbeda.
Sampai saat ini candi masih banyak didapati di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatra, Jawa, dan Bali. Walaupun sebagian besar di antaranya tinggal reruntuhan, namun tidak sedikit yang masih utuh dan bahkan masih digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan. Sebagai hasil budaya manusia, keindahan dan keanggunan bangunan candi memberikan gambaran mengenai kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lampau.
Candi-candi Hindu di Indonesia umumnya dibangun oleh para raja pada masa hidupnya. Arca dewa, seperti Dewa Wishnu, Dewa Brahma, Dewi Tara, Dewi Durga, yang ditempatkan dalam candi banyak yang dibuat sebagai perwujudan leluhurnya. Bahkan kadang-kadang sejarah raja yang bersangkutan dicantumkan dalam prasasti persembahan candi tersebut. Berbeda dengan candi-candi Hindu, candi-candi Buddha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan untuk mendapatkan ganjaran. Ajaran Buddha yang tercermin pada candi-candi di Jawa Tengah adalah Buddha Mahayana, yang masih dianut oleh umat Buddha di Indonesia sampai saat ini. Berbeda dengan aliran Buddha Hinayana yang dianut di Myanmar dan Thailand.
Dalam situs web ini, deskripsi mengenai candi di Indonesia dikelompokkan ke dalam: candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa Timur candi di Bali dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam pembangunan candi di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan wilayah administratifnya saat ini sulit dilakukan, namun, berdasarkan ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah utara dan candi-candi di wilayah selatan.
Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk bangunan yang sederhana, batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam kelompok namun masing-masing berdiri sendiri serta tidak beraturan beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Buddha dengan bentuk bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini umumnya dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi induk yang terletak di tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Borobudur.
Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan yang terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan, corak dan isi cerita relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada masa pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Buddha.
Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian besar masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat ini. Di Pulau Sumatra terdapat 2 candi Buddha yang masih dapat ditemui, yaitu Candi Portibi di Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di Provinsi Riau.
Sebagian candi di Indonesia ditemukan dan dipugar pada awal abad ke-20. Pada tanggal 14 Juni 1913, pemerintah kolonial Belanda membentuk badan kepurbakalaan yang dinamakan Oudheidkundige Dienst (biasa disingkat OD), sehingga penanganan atas candi-candi di Indonesia menjadi lebih intensif. Situs web ini direncanakan akan memuat deskripsi seluruh candi yang ada di Indonesia, namun saat ini belum semua candi dapat terliput.
Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.
Karena sjaran Hindu dan Buddha berasal dari negara India, maka bangunan candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti: teknik bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun demikian, pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat, sehingga arsitektur candi Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik kontruksi maupun corak dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa relief yang mengandung ajaran atau cerita tertentu.
Dalam kitab Manasara disebutkan bahwa bentuk candi merupakan pengetahuan dasar seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Gapura sendiri bisa berfungsi sebagai petunjuk batas wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang terletak pada dinding pembatas sebuah komplek bangunan tertentu. Gapura mempunyai fungsi penting dalam sebuah kompleks bangunan, sehingga gapura juga nencerminkan keagungan dari bangunan yang dibatasinya. Perbedaan kedua bangunan tersebut terletak pada ruangannya. Candi mempunyai ruangan yang tertutup, sedangkan ruangan dalam gapura merupakan lorong yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk.
Beberapa kitab keagamaan di India, misalnya Manasara dan Sipa Prakasa, memuat aturan pembuatan gapura yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India. Para seniman pada masa itu percaya bahwa ketentuan yang tercantum dalam kitab-kitab keagamaan bersifat suci dan magis. Mereka yakin bahwa pembuatan bangunan yang benar dan indah mempunyai arti tersendiri bagi pembuatnya dan penguasa yang memerintahkan membangun. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Keyakinan tersebut membuat para seniman yang akan membuat gapura melakukan persiapan dan perencanaan yang matang, baik yang bersifat keagamaan maupun teknis.
Salah satu bagian terpenting dalam perencanaan teknis adalah pembuatan sketsa yang benar, karena dengan sketsa yang benar akan dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan sang seniman. Pembuatan sketsa bangunan harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu, berkaitan dengan bentuk, ukuran, maupun tata letaknya. Apabila dalam pembuatan bangunan terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan akan berakibat kesengsaraan besar bagi pembuatnya dan masyarakat di sekitarnya. Hal itu berarti bahwa ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya. Namun, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, tidak dapat lepas dari pengaruh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Di samping itu, setiap seniman mempunyai imajinasi dan kreatifitas yang berbeda.
Sampai saat ini candi masih banyak didapati di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatra, Jawa, dan Bali. Walaupun sebagian besar di antaranya tinggal reruntuhan, namun tidak sedikit yang masih utuh dan bahkan masih digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan. Sebagai hasil budaya manusia, keindahan dan keanggunan bangunan candi memberikan gambaran mengenai kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lampau.
Candi-candi Hindu di Indonesia umumnya dibangun oleh para raja pada masa hidupnya. Arca dewa, seperti Dewa Wishnu, Dewa Brahma, Dewi Tara, Dewi Durga, yang ditempatkan dalam candi banyak yang dibuat sebagai perwujudan leluhurnya. Bahkan kadang-kadang sejarah raja yang bersangkutan dicantumkan dalam prasasti persembahan candi tersebut. Berbeda dengan candi-candi Hindu, candi-candi Buddha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan untuk mendapatkan ganjaran. Ajaran Buddha yang tercermin pada candi-candi di Jawa Tengah adalah Buddha Mahayana, yang masih dianut oleh umat Buddha di Indonesia sampai saat ini. Berbeda dengan aliran Buddha Hinayana yang dianut di Myanmar dan Thailand.
Dalam situs web ini, deskripsi mengenai candi di Indonesia dikelompokkan ke dalam: candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa Timur candi di Bali dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam pembangunan candi di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan wilayah administratifnya saat ini sulit dilakukan, namun, berdasarkan ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah utara dan candi-candi di wilayah selatan.
Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk bangunan yang sederhana, batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam kelompok namun masing-masing berdiri sendiri serta tidak beraturan beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Buddha dengan bentuk bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini umumnya dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi induk yang terletak di tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Borobudur.
Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan yang terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan, corak dan isi cerita relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada masa pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Buddha.
Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian besar masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat ini. Di Pulau Sumatra terdapat 2 candi Buddha yang masih dapat ditemui, yaitu Candi Portibi di Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di Provinsi Riau.
Sebagian candi di Indonesia ditemukan dan dipugar pada awal abad ke-20. Pada tanggal 14 Juni 1913, pemerintah kolonial Belanda membentuk badan kepurbakalaan yang dinamakan Oudheidkundige Dienst (biasa disingkat OD), sehingga penanganan atas candi-candi di Indonesia menjadi lebih intensif. Situs web ini direncanakan akan memuat deskripsi seluruh candi yang ada di Indonesia, namun saat ini belum semua candi dapat terliput.
Subscribe to:
Posts (Atom)